Menurun, tapi Tak Pernah Usang: Jurnalistik di Persimpangan Jalan
Oleh : Radar Medan | 09 Des 2025, 21:17:56 WIB | 👁 59 Lihat Feature
Keterangan Gambar : Ilustrasi
RADARMEDAN.COM - Di sebuah ruang kelas Jurnalistik FISIP USU, hanya empat kursi yang terisi untuk konsentrasi jurnalistik angkatan 2023. Tahun 2022 ada sembilan, dan dua tahun sebelumnya delapan belas. Angka-angka yang kian menyusut ini seolah menyimpan pertanyaan yang lebih besar: mengapa semakin sedikit anak muda yang mau belajar jurnalistik, padahal dunia justru semakin membutuhkan jurnalis dan informasi yang kredibel?
Bagi sebagian mahasiswa, memilih jurnalistik adalah jalan sunyi. Salah seorang mahasiswa jurnalistik bercerita, ia harus sering menjawab pertanyaan, “Kenapa mau capek-capek jadi jurnalis, padahal semua orang bisa bikin berita lewat media sosial?”
Teman-teman seangkatannya lebih banyak memilih PR, atau periklanan, jalur yang dianggap lebih “aman” secara karier.
“Saya masih percaya jurnalistik itu penting, tapi jujur saja, bayangan jadi jurnalis bikin ragu. Gajinya kecil, risikonya besar, dan orang tua juga sempat minta pikir-pikir lagi,” ujarnya.
Keresahan ini bukan monopoli mahasiswa USU. Di berbagai kampus Indonesia, jumlah peminat jurusan atau konsentrasi jurnalistik menurun. Antara News (2023) mencatat, beberapa kampus besar bahkan mengalami jumlah mahasiswa jurnalistik di bawah 10 orang per angkatan. Tren serupa juga terjadi di luar negeri: survei Pew Research Center (2022) di Amerika Serikat menunjukkan, 72% anak muda lebih tertarik bekerja di industri kreatif digital dibanding newsroom tradisional.
Era Disrupsi, Media yang Terguncang
Industri media sendiri tengah bergejolak. Pendapatan iklan media cetak terus merosot, sementara media daring bersaing ketat dengan algoritma media sosial. Banyak ruang redaksi mengecil, sebagian gulung tikar.
Di sisi lain, profesi content creator tampak lebih menjanjikan: gaji bisa lebih tinggi, jam kerja fleksibel, popularitas lebih mudah diraih. Tak heran bila generasi muda mulai berpikir ulang.
Paradoks: Dibutuhkan, tapi Ditinggalkan
Padahal, di era banjir informasi seperti sekarang, peran jurnalisme justru semakin vital. World Press Freedom Index 2024 menegaskan, bahwa demokrasi tak mungkin hidup tanpa jurnalisme yang bebas dan berkualitas.
“Kode etik jurnalistik adalah pondasi kita. Ia mengatur tugas jurnalis di lapangan agar menghasilkan berita akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk atau merugikan orang lain,” ujar Adi Warsidi, anggota AJI Indonesia, dilansir dari WASPADA ketika Konsolidasi Wartawan di Bireuen.
Perspektif Mahasiswa Non-Jurnalistik
Bukan hanya mahasiswa komunikasi yang punya pandangan tentang jurnalistik. Rezkina, seorang mahasiswa non-jurnalistik di USU, mengaku lebih memilih konsentrasi humas ketimbang jurnalistik.
“Menurut saya prospek kerja humas lebih besar. Saya juga suka karena bisa langsung terjun ke lapangan lewat berbagai kegiatan. Kalau jurnalistik, kesannya lebih sempit, hanya di media. Tapi memang ada juga lulusan jurnalistik yang akhirnya bekerja di bidang humas karena masih nyambung,” jelasnya.
Meski begitu, ia menambahkan bahwa jurnalistik dan humas sama-sama punya prospek, hanya saja ia melihat humas lebih menjanjikan.
Mahasiswa Jurnalistik: Bertahan dengan Idealisme
Zahra, mahasiswi jurnalistik USU, mengaku pilihannya bukan tanpa keraguan.
“Sejak awal aku merasa peminatan jurnalistik itu relevan dengan kemampuan yang aku punya. Dari awal masuk, sudah kebayang kalau jurusan ini memang erat kaitannya dengan dunia jurnalistik,” ujarnya.
Tantangan yang ia rasakan adalah ketatnya persaingan, apalagi di era teknologi.
“Sekarang siapapun bisa menyebarkan berita, bahkan tanpa belajar kode etik. Tapi justru di situ nilai lebihnya. Kita bisa bedakan mana berita beneran, mana yang cuma sensasi. Itu yang bikin jurnalis tetap dibutuhkan.”
Bagi Zahra, teknologi mungkin menghadirkan jurnalis “instan”, tapi masyarakat tetap akan mencari informasi dari sumber yang punya kredibilitas. “Kalau dibandingkan dengan orang yang asal bikin berita, jurnalis lulusan komunikasi jauh lebih dipercaya. Jadi aku yakin jurnalistik tetap punya posisi strategis.”
Sementara itu, Haninah memilih jurnalistik karena kecintaannya pada dunia tulis-menulis yang awalnya ditempa lewat pers mahasiswa.
“Buatku, jurnalistik itu bukan sekadar profesi, tapi beban moral. Kita harus berani, peka, dan tetap patuh kode etik. Tantangannya bukan cuma teknis, tapi juga bagaimana kita bisa tetap jujur ketika ada banyak kepentingan bermain,” katanya.
Nilai lebih yang ia rasakan justru datang setelah pengalaman magang. “Banyak hal yang belum aku sadari sebelumnya. Jurnalistik bikin aku lebih menghargai hidup, lebih inklusif. Aku berharap bisa jadi penghubung antar manusia lewat informasi yang aku sampaikan.”
Namun, Haninah juga menegaskan bahwa keberlangsungan profesi ini tidak hanya bergantung pada idealisme mahasiswa.
“Pemerintah harus memberi ruang aman bagi jurnalis, masyarakat juga jangan membiarkan praktik salam tempel. Semua pihak harus terlibat kalau mau jurnalistik bertahan.”
Relevansi yang Tak Pernah Hilang
Meski ditinggalkan banyak mahasiswa, jurnalistik tetap menjadi pondasi utama ilmu komunikasi. Tanpa keterampilan dasar jurnalistik, yaitu menulis dengan akurat, melakukan riset, wawancara kritis, hingga mengolah data, komunikasi akan kehilangan kedalaman. Bahkan profesi baru seperti content strategist atau social media manager pun membutuhkan keterampilan yang sama.
Di era post-truth ini, keberadaan jurnalis profesional semakin krusial. Merekalah yang bisa memverifikasi, membedakan opini dari fakta, dan menjaga agar ruang publik tetap sehat. Seperti dikatakan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku klasik mereka, The Elements of Journalism: “Journalism’s first obligation is to the truth.”
Masa Depan: Bertahan atau Berubah?
Pertanyaannya, apakah jurnalistik akan tetap relevan? Jawabannya tergantung sejauh mana pendidikan jurnalistik mampu beradaptasi. Jika kampus terus berinovasi dengan mengintegrasikan teknologi, membuka ruang kolaborasi dengan industri, dan menekankan pada critical thinking, maka jurnalistik bukan hanya akan bertahan, tapi justru menjadi semakin penting.
Namun, jika jurnalistik hanya dipandang sebagai “jalan menuju ruang redaksi yang sepi”, maka minat mahasiswa akan terus menurun.
Segelintir mahasiswa itu masih duduk, membuka catatan, dan menuliskan mimpi mereka tentang masa depan jurnalisme. Barangkali jumlah mereka sedikit, tapi peran yang mereka pilih justru besar: menjaga demokrasi, melawan disinformasi, dan menjadi saksi zaman.
Di era ketika semua orang bisa bicara, tapi tak semua orang bisa dipercaya, jurnalistik mungkin sepi peminat, tapi tak pernah kehilangan relevansi.
(Kiriman : Jiovanie Maria Margaret Munthe, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)/PE
RADARMEDAN.COM - Walikota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas angkat bicara terkait dana bantuan dari Bank Dunia sebesar Rp 1,5 triliun untuk program pengendalian banjir di Kota Medan. Ia membantah bahwa Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengelola dana batuan tersebut.
Rico menjelaskan bahwa realisasi dana bantuan tersebut, mengelola adalah Balai . . .
RADARMEDAN.COM - Polda Sumatera Utara merilis perkembangan terbaru penanganan bencana alam di wilayah Sumut sejak 24 hingga 29 November 2025. Hingga pukul 09.00 WIB, tercatat 488 kejadian bencana alam meliputi tanah longsor, banjir, pohon tumbang, dan angin puting beliung yang tersebar di 21 wilayah hukum Polres jajaran.
Update Ddata terbaru, . . .
Tulisan Kiriman Hanina Afifah, Mahasiswi Ilmu Komunikasi USU
RADARMEDAN.COM - Bagi sebagian orang, bahkan mungkin Anda salah satunya, olahan herbal sering terdengar meragukan dalam mendukung pemulihan kesehatan. Namun, Michael Aditya (32) membuktikan lewat kisahnya. Tak pernah sebelumnya terlintas di benak pria asal Surabaya ini, . . .
RADARMEDAN.COM – Kapolrestabes Medan Kombes Jean Calvijn Simanjuntak dalam temu pers memberi penjelaskan kepada wartawan bahwa kasus pembakaran rumah seorang Hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan di Komplek Taman Harapan Indah, Blok D No. 25, dipastikan merupakan aksi pembakaran berencana oleh mantan sopir korban. Hal itu disampaikan dalam . . .
RADARMEDAN.COM - Dalam era informasi yang berkembang sangat cepat dan luas, pejabat negara maupun swasta diingatkan untuk lebih selektif dalam memilih media yang dijadikan sumber informasi. Penting bagi pejabat negara untuk mengenali media dan jurnalis yang kredibel agar informasi yang diterima maupun disebarkan dapat . . .
RADARMEDAN.COM - Persaingan media online di Sumatera Utara kian dinamis. Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeringkatan yang dilakukan hari ini (3/11/2025), tercatat 30 media online berkantor di Provinsi Sumatera Utara menjadi yang paling banyak dikunjungi pembaca sepanjang tahun 2025.
Dalam daftar tersebut, Tribun-Medan.com masih menempati . . .
RADARMEDAN.COM, BINJAI – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Bobby Afif Nasution menemui Sopian Daulai Nadeak, guru SMK Negeri 1 Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang, yang dilaporkan orang tua siswa ke polisi. Pertemuan berlangsung di rumah Sopian, di Binjai, Jumat (31/10/2025). Dalam kesempatan itu, Bobby menyampaikan harapannya agar . . .
RADARMEDAN.COM - Maxus Indonesia resmi meluncur di Medan melalui pameran dan konferensi pers yang digelar di Sun Plaza Mall, Jumat 31/10/2025. Pameran produk ini berlangsung hingga 2 November 2025 dan menjadi langkah perusahaan dalam memperluas jejaknya di wilayah Sumatera Utara, sekaligus menegaskan komitmen mendukung program kendaraan . . .
RADARMEDAN.COM - Sebanyak 53 orang Pejabat Fungsional diambil sumpah janji dan dilantik oleh Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas di ruang rapat III, Balai Kota, Rabu (22/10/25).
Para Pejabat Fungsional ini berasal dari berbagai perangkat daerah di lingkungan Pemko Medan.
Pelantikan dan pengambilan sumpah/ Janji Pejabat Fungsional . . .
RADARMEDAN.COM - Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Wisnu Hermawan Februanto, S.I.K., M.H., resmi melantik Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Dr. Jean Calvijn Simanjuntak sebagai Kapolrestabes Medan.
Upacara serah terima jabatan (Sertijab) berlangsung di Mapolrestabes Medan, Jalan HM Said, Kelurahan Sidorame Barat I, Kecamatan Medan Perjuangan, . . .